Deskripsi tertulis pertama yang diketahui mengenai unicorn, berasal dari tulisan-tulisan Ctesius, seorang dokter dan sejarawan Yunani yang menulis sejumlah buku ilmiah berdasarkan apa yang ia peroleh dari arsip Persia. Kira-kira tahun 398 SM, Ctesius menulis:
Di India terdapat mahluk liar tertentu yang sebesar kuda, atau lebih besar. Tubuh mereka berwarna putih, kepala mereka merah tua, dan mata mereka biru tua. Mereka memiliki tanduk di dahi yang panjangnya sekitar satu setengah kaki. Dasar tanduk, yang berjarak 2 jari dari alis, berwarna putih sedangkan ujung tanduk berwarna merah dan sisanya berwarna hitam. Mereka yang minum dari tanduk ini, akan terbebas atau kebal dari segala racun ...
Ini adalah satu-satunya cara untuk menangkap mereka: ketika mereka menggiring anak-anak mereka ke padang rumput, Anda harus mengelilingi mereka dengan banyak pria dan kuda. Mereka akan melindungi anak-anak mereka dengan tanduk, gigi dan tumit mereka; dan mereka mungkin bisa membunuh banyak kuda dan laki-laki. Mereka sendiri dapat ditaklukkan dengan beberapa panah dan tombak. Mereka tidak bisa ditangkap hidup-hidup.
Perlu diingat bahwa orang-orang Yunani yang terdidik di masa 300 SM tidak akan menganggap India adalah negeri mitos. Wilayah ini hanya kurang dipahami, tapi tak seorang pun berpikir bahwa itu adalah mitologis. Kurang dari satu abad setelah Ctesius menulis tentang hewan yang luar biasa tersebut, Alexander the Great mulai menaklukkan bagian barat laut India, sehingga pada 200 SM, di india ada kerajaan Helenis "kerajaan Yunani-India" dan menghidupkan perdagangan antara Yunani, Mesir dan India .
Aristoteles dan sejarawan Romawi Pliny the Elder juga menyebutkan unicorn dalam penjelasan mereka tentang binatang India, dan gagasan bahwa unicorn adalah hewan india seperti badak tetap populer hingga 200 M. Akun-akun tentang ini ditulis oleh para ilmuwan dan sarjana dari masa itu, yaitu masa dimana perdagangan antara Barat dan Asia sedang bangkit. Banyak orang yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang india di mana mereka mendapat permata favorit mereka, sutra dan rempah-rempah. Mungkin Ctesius, dan orang-orang Yunani dan Romawi yang menulis kemudian tentang unicorn, memang berdasarkan penampakan sebenarnya, hewan bercula satu yang benar-benar ada di India dan Asia Tenggara, yaitu Badak!
Badak Bercula Satu India
Unicorn yang awalnya digambarkan sebagai "mahluk bertanduk satu", memang seharusnya adalah hewan nyata karena menghuni negeri yang nyata, meskipun jauh. Tetapi dengan munculnya agama Kristen di Barat, pandangan orang tentang unicorn mulai berubah.
Simbolisme Abad Pertengahan
Contoh yang paling terkenal dari unicorn pada seni abad pertengahan berasal dari Tapestry (permadani hias) Verteuil, yang mungkin dibuat di awal 1500-an. Ini adalah serangkaian tujuh tapestry yang menunjukkan sekelompok pemburu menangkap dan membunuh unicorn, yang akhirnya dibangkitkan dan ditampilkan duduk di dalam kandang kecil yang merupakan surga.
Tapestry 1 - "Mulainya Perburuan"
Menggambarkan para pria dan anjing berburu mereka mulai menyisir hutan untuk unicorn.
Tapestry 2 - "Unicorn Mencelupkan Tanduknya ke Air"
Di sini para pemburu menemukan unicorn mencelupkan tanduk ke dalam air mancur air . Binatang hutan menunggu di dekatnya untuk air murni. Legenda mengatakan bahwa air beracun dapat dibersihkan jika unicorn mencelupkan tanduknya kedalam air.
Tapestry 3 - "Unicorn Berlari"
Setelah menunggu unicorn untuk memurnikan air, para pemburu mengejar unicorn melalui hutan dan sungai.
Tapestry 4 - "Unicorn Membela diri"
Unicorn ini sangat kuat dan cepat . Dia melukai salah satu anjing berburu.
Tapestry 5 - "Perawan menjinakkan Unicorn"
Hanya seorang perawan cantik yang bisa menjinakkan unicorn. Unicorn akan datang untuk mengagumi kecantikannya dan meletakkan kepala di pangkuannya. Unicorn tidak akan bergerak, dan kemudian para pemburu menangkapnya.
Tapestry 6 - "Unicorn Dibawa ke Kastil"
Setiap pemburu menusuk unicorn dengan tombak mereka dan membawanya ke istana. Pemilik kastil menerima unicorn sebagai hadiah.
Tapestry 7 - "Unicorn di Penangkaran"
Kemudian unicorn bangkit kembali dari kematian terikat ke pohon delima.
Tapestry diatas dibuat pada masa ketika semua orang Kristen menganggap bahwa unicorn mewakili Yesus. Bagaimana mahluk bercula satu dari India menjadi lambang Tuhan dan juru selamat dari Barat?
Ini semua bermuara pada sebuah penerjemahan yang salah. Pada dasarnya, ada sejumlah referensi untuk unicorn dalam Alkitab. Masalahnya adalah, yang dimaksud oleh referensi tersebut sebenarnya bukanlah unicorn! Orang-orang yang menulis Alkitab tidak pernah berpikir tentang hewan India-Yunani ini saat menulisnya.
Teks asli dari Perjanjian Lama yang berbahasa iberani menyebutkan mahluk yang disebut "Re'em" (Ibrani: רֶאֵם), disebutkan sembilan kali dalam Alkitab Ibrani (Ayub 39:9-10, Ulangan 33:17, Bilangan 23:22 dan 24:8, Mazmur 22:21, 29:6 dan 92:10, serta Yesaya 34:7 ). Ketika para sarjana alkitab mencoba menerjemahkan kata ini ke dalam bahasa Yunani, mereka bingung. Mereka tidak tahu hewan apakah "re'em" itu. Mereka hanya tahu bahwa re'em itu besar, dan memiliki tanduk, dan jelas re'em bukan seekor kambing karena kambing disebutkan di tempat lain dalam Alkitab. Jadi mereka menerjemahkannya sebagai "monoceros" yang berarti "satu-tanduk". Kemudian, ketika Alkitab Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, kata monoceros menjadi "unicornus". Dan kata itu, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, menjadi unicorn.
Pada awal abad ke-20, ketika para sarjana alkitab berhasil memecahkan kode script paku kuno, mereka akhirnya mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan "Re'em". Dalam teks-teks kuno, yang ditulis sekitar waktu ketika Alkitab Ibrani sedang ditulis, ada banyak referensi untuk hewan yang disebut rimu. Seperti re'em dalam Alkitab, rimu adalah hewan yang sangat besar, kuat dan memiliki tanduk. Hewan ini adalah Auroch atau Bos primigenius (sejenis banteng, sekarang telah punah). Jadi semua referensi tentang unicorn dalam Alkitab sebenarnya menggambarkan seekor banteng jantan, yang, jika Anda membaca bagian yang sebenarnya dari Alkitab, maka semuanya akan lebih masuk akal jika unicorn diterjemahkan sebagai banteng daripada kuda yang bertanduk satu.
Rekonstruksi banteng aurochs, yang telah diidentifikasi sebagai Re'em berdasarkan konsensus ilmiah.
Tapi selama hampir 1500 tahun, orang-orang Kristen percaya pada versi unicorn yang menggambarkan kuda bertanduk satu. Unicorn datang untuk melambangkan Kristus, tanduknya melambangkan salib, dan kesengsaraannya selama perburuan seperti kesengsaraan Kristus di bumi. Menariknya, gagasan bahwa unicorn tertarik kepada perawan berasal dari sumber pagan. Sebuah buku Latin disebut Physiologus, mungkin ditulis pada abad kedua, menyebutkan bahwa unicorn hanya bisa ditangkap ketika meletakkan kepalanya di pangkuan seorang perawan. Analis Kristen menangkap ide ini, menunjukkan bahwa hal ini adalah simbol dari bagaimana Kristus datang ke dunia - dengan bantuan dari seorang perawan.
Dengan mengingat semua hal diatas, maka mudah untuk memahami apa yang dimaksud oleh gambar pada tapestry abad ke-16 diatas. Unicorn ini terpikat ke bumi dengan bantuan dari seorang perawan, dan akhirnya orang-orang Kristen menangkapnya dan membawanya ke kerajaan surga. Ya, memang sedikit aneh bahwa unicorn melawan saat penangkapannya dan bahwa surga sebagai sebuah pohon di dalam kandang. Tapi keanehan seperti itulah yang akan kita dapatkan ketika kita menggabungkan tradisi pagan dengan tradisi Kristen. (Juga, disamping itu: Ada banyak versi pagan dari cerita unicorn di mana wanita muda tersebut melakukan hal yang tak senonoh dengan unicorn).
Intinya adalah, unicorn dalam Alkitab tidak sama dengan mahluk bertanduk satu yang ditulis orang Yunani sekitar 300 SM. Mereka menjadi rancu di suatu masa dalam penerjemahan.
Unicorn Modern
Hingga saat ini, banyak orang masih ingin mengetahui mahluk apakah yang Ctesius maksudkan 2300 tahun yang lalu, dan mencoba untuk mencari tahu apakah ada hewan nyata yang sesuai dengan deskripsi Ctesius